Senin, 06 April 2020

KUIS MATERI DASAR TENTANG PENCEMARAN PERAIRAN


KUIS MATERI DASAR
TENTANG
PENCEMARAN PERAIRAN


 







DI SUSUN OLEH
KHILAL ADITYA
( 2018154243028 )







DOSEN PENGAMPU

Luh Gede Sumahira Dewi S.Pi










PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UPATMA

2020









Nama   : Hilal Aditya
NIM     : 2018154243028
Prodi    : BP
 

KUIS MATA KULIAH PENCEMARAN PERAIRAN


Bacalah wacana di bawah dan jawablah dengan baik dan tepat
Wacana 1 untuk soal no. 1-3
Daerah rumah Tika terdapat sebuah sungai yang airnya jernih karena berasal dari pegunungan. Air tersebut dimanfaatkan warga untuk keperluan sehari-hari. Sungai tersebut dijadikan sumber air minum dan tempat mencuci pakaian warga sekitar. Beberapa tahun kemudian, sungai tersebut tercemar oleh detergen akibat sering dipergunakan untuk mencuci. Selain itu, sungai mulai dipenuhi eceng gondok dan ikan yang ada di sungai jumlahnya berkurang. Sekarang ini, mendapatkan air bersih untuk diminum dan memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi sulit.
Pertanyaan
1.      Buatlah minimal 3 pertanyaan yang sesuai dengan informasi di atas!
2.      Buatlah jawaban yang sesuai dari pertanyaan yang diajukan!
3.      Tuliskan 3 cara mengatasi pencemaran air pada wacana di atas!
JAWABAN
1.      Pertanyaan ku,
                             A.            Siapakah yang sering membuang limbah detergen ke sungai ? dan Mengapa.!
                             B.            Jelaskan definisi singkat Ekosistem Sungai  ?
                             C.            Jelaskan secara Singkat Padat dan jelas  pengaruh Eceng Gondok  pada ekosistem  perairan.?
2.      Jawaban ku,
                             A.            Yang paling sering membuang limbah detergen ke sungai adalah Tika beserta keluarga, karena jarak sungai yang dekat pemukiman , dan rendahnya ilmu pengetahuan tentang perairan memungkinkan warga untuk membuang limbahnya ke sungai tersebut.

                             B.            Ekosistem Sungai
            Seperti namanya, ekosistem sungai ini mempunyai arti sebagai ekosistem yang berada di daerah sungai. Ekosistem sungai ini berarti segala macam interaksi atau hubungan timbal balik dari makhluk hidup dan juga lingkungannya yang mana meliputi kawasan atau daerah sungai meliputi di sepanjang wilayah Daerah Aliran Sungai, dari hulu sungai, badan sungai, dan juga hilir sungai, dan bahkan muara sungai dan berakhir pad laut lepas. Ekosistem sungai ini mempunyai suatu ciri khas.
            Ciri khas yang dimiliki oleh ekosistem sungai ini adalah adanya aliran air yang searah sehingga memungkinkan adanya perubahan fisik dan kimia di dalamnya yang berlangsung secara terus menerus. Selain ciri khas tersebut, kita juga dapat menemukan beragam ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh ekosistem sungai ini. Beberapa ciri atau karakteristik utama yang dimiliki oleh ekosistem sungai antara lain:
                                                                   a.            Adanya air yang terus mengalir dari arah hulu menuju ke arah hilir.
                                                                  b.            Terdapat variasi kondisi fisik dan juga kimia dalam tingkat aliran air yang sangat tinggi.
                                                                   c.            Adanya perubahan kondisi fisik dan juga kimia yang berlangsung secara terus menerus.
                                                                  d.            Dihuni oleh berbagai macam tumbuhan dan juga binatang yang telah beradaptasi dalam kondisi aliran air.
                             C.            Pengaruh Eceng Gondok
            Penyebaran eceng gondok yang tidak terkendali tentu akan menyebabkan gangguan lingkungan. Dampak negatif yang ditimbulkannya pun cukup banyak, antara lain:
                                                      a.            Meningkatnya Penguapan Air
Populasi enceng gondok yang terlalu banyak akan berpengaruh terhadap meningkatnya penguapan karena daun-daun eceng gondok yang lebar serta pertumbuhannya yang cepat.
                                                      b.            Berkurangnya Intensitas Cahaya dan Oksigen Terlarut
Akibat jumlah enceng gondok yang berlebihan, maka cahaya matahari tidak dapat menembus perairan. Selain itu, adanya eceng gondok juga mengakibatkan penurunan oksigen terlarut dalam air sehingga dapat menyebabkan gangguan ekosistem air.
                                                       c.            Menyebabkan Pendangkalan
Eceng gondok yang telah mati akan tenggelam ke dasar perairan, hal ini akan mempercepat proses sedimentasi atau pendangkalan. Akibatnya adalah daya tampung danau atau sungai akan berkurang dan dapat memperbesar risiko bencana banjir.
                                                      d.            Transportasi Air Terganggu
Bagi masyarakat yang mengandalkan alat transportasi sungai seperti perahu untuk penyeberangan sungai, tentu adanya tumbuhan eceng gondok dapat menjadi penghambat kelancaran transportasi air. Contohnya adalah daerah-daerah di Kalimantan yang masyarakatnya banyak menggunakan rakit sebagai transportasi utama.
                                                       e.            Tempat Berkembangbiak Bakteri
Bakteri tertenru dapat berkembang pesat pada habitat perairan enceng gondok. Apabila dibiarkan, hal ini akan berpeluang menimbulkan wabah penyakit bagi manusia.
                                                        f.            Mengurangi Nilai Estetika
Selain menganggu arus atau debit air, serta kehidupan perairan. Waduk, danau atau sungai yang tertutup oleh tanaman enceng gondok akan berkurang nilai keindahannya

3.      Cara mengatasi Pencemaran air ( Pada Wilayah Sungai Tika)
                                                      a.            Limbah rumah tangga dalam bentuk cair dialirkan ke dalam bak penampungan supaya tidak terjadi pencemaran pada sumber air dan juga untuk menghindari bau yang tidak sedap.
                                                      b.            Menghindari penggunaan bahan kimia secara berlebihan serta mencegah supaya tidak ikut larut ke danau ataupun sungai.
                                                       c.            Pada setiap rumah harus memiliki bak pembuangan dan penampungan limbah sebelum di buang ke sungai, limbah tersebut harus sudah diolah dengan cara biologis, kimia, ataupn fisika.
                                                      d.            Sampah plastik, karet, serta kaleng dapat di daur ulang menjadi bahan yang lebih berguna.
                                                       e.            Dan yang terpenting, ketika warga mencuci di sungai itu, Limbah (sisa air cucian) di buang ke daratan bukan dibuang ke sungai

makalah tentang dasar-dasar penyuluhan perikanan


MAKALAH
TENTANG
PENYULUHAN PERIKANAN



 






                                                             DI SUSUN OLEH                                     
Nama      : Khilal Aditya
Nim         : ( 2018154243028 )




DOSEN PENGAMPU
HAMID. S.P., M.Si




PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UPATMA
2020









BAB I

PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
            Sektor perikanan memiliki peran yang cukup penting dalam menciptakan lapangan kerja, penyediaan pangan, dan sumber devisa negara. Salah satu sub sektor perikanan yaitu perikanan budidaya (akuakultur) semakin penting perannya dalam pembangunan di negara kita sebagaimana juga di negara-negara lain di dunia ketiga, terlebih lagi produksi perikanan dari hasil penangkapan secara signifikan mengalami penurunan terus menerus selama beberapa dekade terakhir ini (FAO 2007).
            Peluang untuk meningkatkan produksi ikan dari usaha akuakultur sangat besar, mengingat bahwa potensi perairan Indonesia cukup luas, baik yang berupa perairan umum (danau, waduk, sungai dan sebagainya), sawah irigasi, pantai, rawa mangrove, dan perairan budidaya (tambak, sawah, kolam, dan karamba). Luas perairan budidaya yang telah diusahakan sekitar 300 ribu ha dari 17.810 ribu ha total luas areal perairan Indonesia. Produksi akuakultur juga meningkat setiap tahun, seperti yang ditunjukkan dari data produksi akuakultur tahun 2004 sampai 2007 yang meningkat sebesar 28% (Ferinaldy 2008). Terdapat 12 jenis ikan yang menjadi primadona, beberapa di antaranya berupa Ikan Bandeng, Mas, Nila, Lele, Gurame, dan Patin yang menjadi andalan budidaya di air tawar. Perkembangan produksinya dari tahun 2006 mencapai pertumbuhan rata-rata 15% pada 2007 (Ferinaldy 2008).

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.2.1.                  Mengetahui Definisi, Fungsi, dan  Tujuan Penyuluhan Perikanan.
1.2.2.                  Mengetahui Komunikasi yang Efektif dalam pelaksanaan penyuluhan .
1.2.3.                  Mengetahui pengertian, Inovasi, adopsi, dan difusi dalam penyuluhan.
1.2.4.                  Mengetahui Metode penyuluhan .




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Definisi Penyuluhan Perikanan
                        Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
                                Penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan yang mengandung prosesbelajar mengajar. Agar proses belajar-mengajar berlangsung dengan efektif danefisien, diperlukan suasana belajar-mengajar yang tepat. Metode Penyuluhan adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan oleh penyuluh kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau, dan mampu menggunakan inovasi baru.
                    Teknik penyuluhan dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusanyang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbol danisi pesan menentukan pilihan cara, dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan. Metoda Penyuluhan tidak lain adalah suasana belajar mengajar yangdiciptakan oleh sumber belajar (dengan partisipasi dari peserta belajar) untuk merangsang dan mengarahkan kegiatan belajar (Leagens, 1960). Sebagai seorang penyuluh (agen pembaharu), kita harus dapat menentukan pilihan method mengajarkan apa yang harus dipakai dalam suatukegiatan pendidikan penyuluhan. Karena ada berbagai metoda yang biasa digunakan dalam penyuluhan pertanian (Sukandar W, 1978). Penentuan method pengajaran apa yang akan digunakan dalam suatukegiatan pendidikan penyuluhan, hendaknya dilakukan dengan memperhatikan karakteristik-karakteristik pada warga belajar. Hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam bidang ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan cara belajar dikalangan warga belajar penyuluh, yang menyebabkanada cara-cara mengajar tertentu yang lebih menarik bagi kelompok – kelompokwarga belajar tertentu.
2.2.       Fungsi Penyuluhan Perikanan
            2.2.1.     Eksplanasi
Fungsi Menurut UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan  Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Fungsi sistem penyuluhan meliputi termasuk dalam Pasal 4, yaitu:
                           a).        Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dasn pelaku usaha;
                           b).        mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya.
                           c).        Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.
                           d).        Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan.
                           e).        Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha.
                            f).        Menumbuhkembangkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan
                           g).        Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan perikanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
              2.2.2.   Fungsi Penyuluhan
Adalah menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan oleh sasaran dengan pengetahun dan teknologi yang selalu berkembang menjadi kebutuhan sasaran tersebut. Dengan demikian, penyuluhan dengan para penyuluhnya merupakan penghubung yang bersifat dua arah (two way traffic) antara :
                           a).        Pengetahuan yang dibutuhkan sasaran dengan pengalaman yang biasa dilakukan oleh sasaran;
                           b).        Pengalaman baru yang terjadi pada pihak para ahli dengan kondisi yang nyata dialami oleh sasaran. Karena itu, fungsi penyuluhan dapat dianggap sebagai penyampai dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh masayarakat, sehingga program- program masayarakat yang disusun dengan itikad baik akan berhasil dan mendapat partisipasi masyarakat.

2.3.       Tujuan Penyuluhan Perikanan
Pedoman ini disusun agar Penyuluh Perikanan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif tentang tugas dan fungsinya dalam melaksanakan pendampingan kepada pelaku utama dan pelaku usaha perikanan.
Tujuan pedoman Penyuluh Perikanan adalah :
1.  Bagi instansi pembina Penyuluh Perikanan,
·         Sebagai acuan dan arah kebijakan dalam mengukur kinerja Penyuluh Perikanan
2.  Bagi Penyuluh Perikanan,
·         Sebagai acuan dalam pelaksanaanpendampingan kepada pelaku utama dan pelaku usaha perikanan;
·         Sebagai acuan pelaksanaan penyelenggaraan penyuluhan perikanan di kabupaten/kota
3.  Bagi pelaku utama dan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan,
·         Sebagai acuan dalam pengembangan bisnis usaha perikanan
4.  Bagi Stakeholder,
·      Sebagai acuan dalam membangun sinergi kegiatan pendampingan dan pemberdayaan pelaku utama danpelaku usaha perikanan.


2.4.       KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
          Dalam proses komunikasi terdapat  lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: sender, massage, delivery channel atau media, receiver dan efect/umpan balik (feedback).  Melalui proses komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
          Secara sederhana menurut Tubbs dan Moss (1996) komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya.  Sebenarnya ini hanya salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi.  Secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.



                    2.4.1    PRINSIP DASAR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI
Menurut G. Zakia 2013, factor yg mempengaruhi :
1.    Faktor teknis,
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis komunikasi. Teknik komunikasi mencakup .unsur-unsur yang ada dalam komunikator dikala mengungkapkan pesan menjadi lambang-lambang.kejelian dalam memilih saluran, metode penyampaian pesan.
2.    Faktor perilaku,
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat: pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter, ketidak mampuan untuk berubah vvalaupun salah, sifat yang egosentris.
3.    Faktor situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi, sosial, politik dan keamanan
4.    Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau berkomunikasi secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi persyaratan-persyaratan komunikasi.
5.    Jarak Psychologis/status social
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu status sosial maupun status dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh akan sulit berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak psichologis yaitu pesuruh merasa statusnya terlalu jauh terhadap  menteri. Selanjutnya, ada orang yang hanya ingin mendengar informasi yang dia senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.
6.    Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas menghambat komunikasi yang baik.
7.    Lingkungan yang tidak mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang, berikut ini beberapa contoh suasana lingkungan yang tidak menunjang atau mendukung yaitu :
·         Keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu dingin)
·         Keadaan ribut atau bising
·         Lingkungan fisik yang tidak mendukung (ruang terlalu sempit/ kurang keleluasaan pribadi)
8.    Keadaan si komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat berpengaruh terhadap berhasil atau gagalnya komunikasi. Misalnya : Komunikator sedang mempunyai masalah pribadi hingga pikiran kacau, Komunikator sedang sakit, juga mempengaruhi komunikasi, atau kalau komunikator mempunyai cacat seperti suara sengau. gagap dan sebagainya akan mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran.
9.    Gangguan bahasa
Komponen semantik: Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena:
10.  Rintangan fisik
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya. Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.

2.5.       ADOPSI,  INOVASI  DAN DIFUSI
a.    Pengertian Adopsi dan Difusi Inovasi Dalam Penyuluhan
            Adopsi Inovasi dalam Penyuluhan, Pada hakekatnya adopsi dalam proses penyuluhan, diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Pengertian adopsi sering rancu dengan pengertian “adaptasi” yang berarti penyesuaian. Selain itu adopsi juga dapat diartikan sebagai proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal-hal baru sampai orang tersebut menerima, menerapkan, dan menggunakan hal baru tersebut.
            Dalam proses adopsi ini petani sasaran dapat mengambil keputusan setelah melalui beberapa tahapan. Karena adopsi merupakan hasil dari kegiatan penyampaian pesan penyuluhan yang berupa “inovasi”, maka proses adopsi itu dapat digambarkan sebagai suatu proses komunikasi yang diawali dengan penyampaian inovasi sampai dengan terjadinya perubahan perilaku.  



b.    Difusi Inovasi dalam Penyuluhan
Yang dimaksud dengan proses difusi inovasi adalah perembesan adopsi inovasi dari satu individu yang telah mengadopsi ke individu yang lain dalam system sosial masyarakat sasaran yang sama. Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan sangat rumit, pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap kegiatan, yaitu: invensi, difusi dan konsekuensi-konsekuensi. Dan dalam perubahan sosial perlu diadakan perencanaan yang terencana, khususnya dalam pembangunan pertanian karena adanya faktor-faktor tertentu.

c.    Tahapan Adopsi menurut (Kartasapoetra, 1987).:
Dalam proses adopsi terdapat tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima atau menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antara tahapan satu dengan yang lainnya tidak selalu sama (tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran, keadaan lingkungan dan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh). Tahapan-tahapan adopsi adalah:
1.    Awareness atau kesadaran.
Setelah dilakukan penyuluhan dengan daya, gaya dan contoh yang menarik bagi para petani, pada tahap ini para petani baru mengetahui dan menyadari bahwa ada cara-cara : Yang mereka lakukan kurang baik atau mengandung kekeliruan.
2.    Interest atau adanya minat.
Petani yang telah tertarik dan sadar akan perlunya teknologi baru yang berkaitan dengan usaha taninya mulai menaruh minat terhadap cara-cara itu. Karena sikapnya yang selalu hati-hati sehingga mereka masih perlu bertanya-tanya.
3.    Evalution atau penilaian.
Setelah petani mendapat penjelaan-penjelasan dari sesama petani yang tergolong mudah mengadopsi, maka ia mengetahui sesuatu hal yang lebih banyak dan kebimbangannya mulai pudar. Mulailah petani itu melakukan penilaian atau evaluasi terhadap teknologi baru. Pada tahap ini peranan penyuluh dengan jalan memberikan penjelasan yang jelas dan terperinci adalah sangat penting. Penyuluh harus dapat menghilangkan segala keraguan sehingga timbul keinginan petani untuk mencoba inovasi tersebut.
4.    Trial atau mencoba.
Pada tahap ini penyuluh membimbing dan memperagakan materi yang telah disuluhkannya, kemudian penyuluh pertanian menuntun petani agar bisa mempraktekkan teknologi secara mandiri. Penyuluh harus aktif melakukan pengawasan, karena apabila mengalami kegagalan maka kepercayaan petani selanjutnya akan hilang atau sulit ditimbulkan kembali


5.    Adoption atau mau menerima
Tahap ini menjelaskan bahwa para petani akan menerapkan terus-menerus teknologi baru itu dalam kegiatan usaha taninya. Perlakuan demi perlakuan dan keberhasilan demi keberhasilan akan lebih menggairahkan petani, sehingga setiap dilakukan penyuluhan petani tidak pernah absen

d.    Model Difusi Inovasi Dalam Penyuluhan Pertanian
Proses penyebaran inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota-anggota suatu system sosial digambarkan dalam model difusi inovasi. Dengan menganggap bahwa sumber inovasi hanya berasal dari lembaga penelitian, maka terdapat tiga model difusi inovasi, yaitu: Model Top Down, Model Feed Back dan Model Farmer Back To Farmer.
1.    Model Top Down
Model ini dikemukakan oleh A.H. Bunting (1979), mendeskripsikan model top down ini sebagai model penyuluhan pertanian konvensional sebagai mana halnya proses komunikasi yang melibatkan tenaga teknis dan administrasi penyuluhan, yang diwakili peneliti yang menghasilkan teknologi yang ditransmisikan melalui penyuluhan kepada petani produsen atau sasaran yang diharapkan. 
2.    Model Feedback
Model Feedback ini dikembangkan oleh Benor dan Horison (1977). Model feedback ini dikenal sebagai training dan visit system atau di Indonesia disebut system latihan kunjungan (system LAKU). Model ini dianggap sebagai perbaikan model Top-Down, yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik antara peneliti- penyuluh pertanian. Dalam model ini, peneliti bekerja di laboratrium dapat memahami dengan baik reaksi petani terhadap teknologi yang dihasilkan peneliti, sehingga terjadi komunikasi langsung antara pakar agronomi, pakar ilmu-ilmu sosial dan penyuluh yang bekerja dengan petani di lapang.
3.    Model Farmer Back To Farmer
Model ini dikemukakan oleh Rhoades dan Booth (1982) yang mengasumsikan bahwa penelitian harus dimulai dan diakhiri dari petani. Dengan demikian dalam model difusi ini terdapat informasi yang lengkap dan akurat mengenai realitas usaha tani. Model juga mengasumsikan bahwa petani memiliki masalah teknologi dan berusaha untuk memecahkanya. Kunci perbedaan dengan model difusi lainnya adalah fleksibilitas dan penelitian ditingkat petani untuk mengidenfikasi sumber daya yang ada ditingkat usaha tani.


KUIS MATERI DASAR TENTANG PENCEMARAN PERAIRAN

KUIS MATERI DASAR TENTANG PENCEMARAN PERAIRAN   DI SUSUN OLEH KHILAL ADITYA ( 20181542...